Senin, 14 Maret 2016

Kualitas Air

Penuruan kualitas air akan menyebabkan terjadinya perubahan ekologi di perairan, dan memberikan pengaruh terhadap keanekaragama organisme yang hidup di dalamnya. Keanekaragaman spesies dapat dijadikan sebagai indicator kualitas air. Jika dalam suatu komunitas mempunyai keankeragaman yang rendah maka itu menjadi indikasi bahwa suatu perairan telah tercemar (Barus, 2007).
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air diatur oleh pemerintah dalam PP No. 82 Tahun 2001 pasal 8 ayat (1). Pembagian kelas ini didasarkan pada peringkat (gradasi) tingkatan baiknya mutu air dan kemungkinan kegunaannya.

1.1  Parameter-Parameter Kualitas Air yang Penting Bagi Perikanan
1.2.1        Parameter Fisika
Factor fisika air merupakan faktor pembatas bagi organisme air, yaitu suhu, cahaya, konduktivitas, dan kecepatan arus (Suin, 2002). Beberapa factor fisika yang mungkin ikut menentukan kualitas air adalah kekeruhan (tuebiditas), warna, ketransparanan, suhu, kecepatan aliran dan volume aliran ( Sastrawijaya, 2000).
o   Suhu
Suhu dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman dari badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Selain itu dapat mempengaruhi penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2 dan CH4 (Haslam, 1995).
Suhu dapat mempengaruhi proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau suhu ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dpat menyebabkan kematian. Keniakan suhu sebesar 100 C (kisaran temperature yang masih ditolelir) akan meningkatkan laju metabolism organisme 2-3 kali lipat. Akibat meningkatnya laju metabolisme akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, dengan meningkatnya temperature akan mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan organimse air akan mengalami kesulitana dalam proses respirasi (Barus, 2004).
o   Penyerapan Cahaya oleh Air
Adanya penyerapan cahaya oleh air akan menyebabkan terjadinya lapisan air yang memiliki suhu berbeda. Menurut Goldman dan home (1989) lapisan air dibagi tiga yaitu epilimnion, merupakan lapisan hangat dengan kerapatan jenis air kurang. Hipolimnion yaitu lapisan yang lebih dingin dengan kerapatan jenis air kurang, dan metalimnion yaitu lapisan yang berada antara lapisan epilimnion dan hipolimnion. Pada daerah metalimnion terdapat lapisan termoklin, yaitu lapisan dimana suhu akan turun sekurang-kurangnya 10 C dalam setiap 1 meter.

1.2.2        Parameter Kimia
o   Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan gambarana jumlah aktivitas ion hydrogen dalam perairan (Efendi, 2003). Organismem akuatik dapat hidup dalam suatu perairan dengan pH netral yang mempunyai kisaran toleransi antara asam lemah dan basa lemah. pH ideal berkisar antara 7-8.5. kondisi perairan yang sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme, karena menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik (Barus, 1997).  
o   DO (Disolve Oxygen)
Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terlarut dalam air. Sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran air melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty, 1994). Ketersediaan DO di dalam perairan akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/l sudah cukup mendukung kehidupan organisme periaran secara normal (Wardana, 1995). Factor pembatas kepekatan oksigen terlarut bergantung pada suhu, tanaman fotosintesis, tingkat penetrasi cahaya, tingkat kederasan aliran air, dan jumlah bahan organic yang diuraikan dalam air (Sastrawijaya, 2000).
o   BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD ialah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh organisme yang terdapat di dalamnya untuk bernafas selama lima hari. Status kualitas air berdasarkan nilai BOD yaitu nilai BOD < 2.5 ppm, status kualitas airnya tidak tercemar, 3.0-5.0 ppm tercemar ringan, 5.1-14.9 ppm tercemar sedang dan > 15 ppm tercemar berat (Lee et al., 1978).
o   COD (Chemical Oxygen Demand)
Merupakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasai bahan organic secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi menjadi Co2 dan H2O
o   Senyaw-senyawa Nitrogen
Nitrogen di perairan terdapat dalam bentuk gas N2, NO2-, NO3-, NH3 dan NH4+ serta sejumlah N yang berikatan dalam bentuk organic kompleks. Status kualitas air berdasarkan kandung nitrat yaitu : kadar nitrat 1> 0.003 mg/l tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan, 0.003-0.014 mg/l tercemar sedang dan 0.014 > tercemar berat (Silalahi, Juliana, 2010). 

1.2.3        Parameter Biologi
o   Plankton
Merupakan jasad renik yang melayang di dalam perairan, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus. Plankton dibagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Zooplankton umumnya bersifat fototaksis negative sehingga dapat hidup di lapisan periaran yang tidak terjangkau sinar matahari. Sedangkan fitoplankton mempunyai klorofil yang dapat membuat makanan sendiri dengan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organic melalui proses fotosintesis. Fitoplankton hidup pada lapisan perairan yang masih terdapat sinar matahari sampai pada suatu lapisan yang disebut garis kompensasi.
o   Alga
Merupakan organisme autotrof yang tidak memiliki akar, batang, dan daun. Terdiri dari alga hijau (Chlorophyta), alga merah (Rhodophyceae), alga coklat (Phaeophyceae), alga pirang (Xhantophyceae), alga keemasan (Chrysophyceae) dan alga biru hijau (Cyanobacteria).  
o   Tanaman Air
Berdasrkan cara hidupnya di dalam ekosistem, tanaman air dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu mengapung, melayang dan timbul. Pengaruh negative tanaman air yaitu mengakibatkan penguapan air yang lebih besar karena dengan adanya tanaman air maka seolah-olah luas permukaan air akan menjadi lebih besar. Penguapan air semakin lebih besar terjadi jika pada perairan tersebut banyak tumbuh tanaman berdaun lebar, menyebabkan terjadinya pendangkalan perairan sebagai akibat dari tanaman air yang mati dan tenggelam ke dasar yang mengakibatkan peningkatan dasar periaran. Jika tamnaman air yang mait relative banyak, maka akan terjadi pembongkaran tanaman tersebut oleh bakteri yang mengakibatkan penurunan O2 terlarut. Hasil perombakan adalah munculnya gas CO2 yang bersifat racun bagi organisem dan akan menurunkan pH air. Jika tanaman semakin tinggi maka respirasi tanaman pada malam hari di dalam air menyebabkan defisiensi O2.   
o   Bentos
Merupakan organisme yang hidup baik di lapisan atas dasar periaran (epifauna) maupun di dalam dasar perairan (infauna) dan dapat menjadi pakan alami bagi ikan atau sebaliknya apabila dalam jumlah banyak menjadi penyaing atau predator bagi ikan.


1.2  Dampak Amonia Bagi Perikanan

Ammonia merupakan hasil akhir metabolisme protein, akan tetapi ammonia dalam bentuk yang tidak terionisasi (NH3) merupakan racun bgi ikan sekalipun pada konsentrasi yang sangat rendah (Zonneveld, et al., 1991). Ammonia mempunyai efek yang sangat serius terhadap kemampuan ikan dalam mengambil oksigen. Kandungan NH3 dalam air yang tinggi secara langsung dapat membunuh organisme perairan dengan mempengaruhi sitolema, mengurangi konsentrasi ion dalam tubuh, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat, merusak jaringan insang dan mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen. Pada konsentrasi sub-lethal dapat mengakibatkan perubahan histologis pada ginjal, limfa, kelenjar tiroid dan darah yang menyebabkan pertumbuhan menurun dan mudah terserang penyakit (Colt dan Amstrong dalam Boyd 1982). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar