PEMBUATAN
PENGAWET ALAMI DARI EKSTRAK DAUN SIRSAK TERHADAP MUTU FILLET IKAN LELE (Clarias
batracus)
Mumun
Munawati (4443103380)
Jurusan Perikanan, Fakultas
pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ABSTRAK
Ikan
lele (Clarias batracus) merupakan
jenis ikan air tawar yang memiliki sumber protein hewani yang banyak di
konsumsi masyarakat, mudah di dapat dan harganya murah, namun cepat mengalami
proses kemunduran mutu ikan karena bersifat perishable
food. Oleh karena itu dilakukan praktikum mengenai pembuatan pengawet alami
dari ekstrak daun sirsak terhadap mutu fillet ikan lele (Clarias batracus). Bahan yang digunakan yaitu ikan lele (Clarias batracus), ekstrak daun sirsak
dan aquades. Dilakukan 4 perlakuan,
yaitu perlakuan 1:6 (167 gram/1L aquades), 1:7 (143 gram/1L aquades), 1:8 (125
gram/1L aquades) dan control. Tujuan praktikum untuk mengetahui metode dalam
pembuatan pengawet alami dari ekstrak daun sirsak dan untuk mengetahui
perlakuan terbaik dalam pembuatan pengawet alami dengan menggunakan ekstrak
daun sirsak terhadap fillet ikan lele (Clarias
batracus).
Kata
kunci : Ekstrak
daun sirsak, fillet ikan lele (Clarias batracus), pengawet
alami
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan lele (Clarias batracus) merupakan salah satu sumber protein hewani yang
banyak dikonsumsi masyarakat, mudah di dapat dan harganya murah. Namun ikan
cepat mengalami proses pembusukan karena besrifat perishable food (Sri Hastuti, 2010). Oleh karena itu, pengawetan
ikan perlu diketahui, salah satunya yaitu dengan cara menggunakan pengawet
alami. Pengawetan ikan dengan menggunakan pengawet alami betujuan untuk
mengurangi kadar air di dalam tubuh ikan agar ikan tidak cepat mengalami
pembusukan (Suhartini dan Hidayat, 2005).
Cara pengawetan ini merupaka usaha yang
paling mudah dalam menyelamatakan mutu ikan, karena proses pembusukan dapat
dihambat sehingga ikan dapat disimpan lebih lama (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
Umumnya pengawetan ikan dilakukan dengan mennggunakan penggaraman dan
penjemuran. Untuk memperoleh mutu ikan yang berkualitas, tidak cukup dengan
menggunakan garam dapur saja, tetapi mungkin diperlukan tambahan pengawet dari
bahan alami yang bersifat sebagai antioksidan, memudahkan penguapan air, serta
mencegah pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme (Nursinah Amir, 2004). Dalam
hal ini ekstrak daun sirsak diindikasi dapat dijadikan sebagai bahan pengawet
alami dalam meningkatkan mutu fillet ikan lele (Clarias batracus).
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
metode dalam pembuatan pengawet alami dari ekstrak daun sirsak dan untuk
mengetahui perlakuan terbaik dalam pembuatan pengawet alami dengan menggunakan
ekstrak daun sirsak terhadap fillet ikan lele (Clarias batracus).
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
metode dalam pembuatan pengawet alami dari ekstrak daun sirsak terhadap mutu
fillet ikan lele (Clarias batracus) dan untuk mengetahui perlakuan terbaik dalam
pembuatan pengawet alami dengan menggunakan ekstrak daun sirsak terhadap fillet
ikan lele (Clarias batracus).
2.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ikan Lele (Clarias batracus)
Ikan Lele (Clarias batracus)
adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini mempunyai ciri khas
dengan tubuhnya yang licin, tidak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip
anus yang juga panjang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya
nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian
atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar terletak di ujung
moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels)
yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat
pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat
sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya.
Bentuknya agak pipih memanjang serta mimiliki sejenis kumis yang panjang,
mencuat dari sekitar bagian mulutnya (Suyanto, SR., 1991).
Suyanto, SR. (1991), lele secara
ilmiah terdiri dari banyak spesies. Sedikitnya
terdapat 55 spesies (jenis) ikan lele di seluruh dunia, antara lain ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo
dan Aceh), ikan
pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia).
Negara-negara lain, ikan lele dikenal
dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand) dan gura magura
(Srilangka). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish
dan walking catfish. Nama ilmiahnya Clarias batracus, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang
berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan
bergerak di luar air. Scopoli ( 1777), klasifikasi ikan lele yaitu : Kerajaan (Animalia),
Filum (Chordata), Kelas (Actinopterygii),
Ordo (Siluriformes),
Famili (Clariidae),
Genus (Clarias), dan Spesies (Clarias batracus).
2.2 Fillet Ikan
Fillet daging adalah suatu irisan daging
ikan tanpa tulang. Fillet dapat dikategorikan menurut bahan bakunya, yaitu
fillet yang berasal dari ikan ekonomis seperti salmon, kakap merah (Lutjanus
sp.), kerapu (Serranidae) dan sebagainya, dan jenis fillet ikan dari jenis non
ekonomis, yaiut kurisi (Nemiperus nematophorus), swanggi (Priyachantus
tayenus), biji nagka/kuniran (Upeneus sulphureus), pisang-pisang (Caesio
chyrisozomus), pepetek (Leighnatus sp.) dan sebagainya (Pola Pembiayaan Usaha
Kecil (PPUK), 2008).
Cara pembuatan fillet ikan yang umum
yaitu ikan diletakkan di atas meja/talenan, bagian bawah insang diiris
melintang sampai menyentuh tulang belakang. Daging diiris dari arah sayatan
tadi mengarah ke ekor. Mata pisau diusahakan menyentuh tulang belakang dan
tulang perut rusuk yang membatasi badan dengan rongga perut tidak terpotong
pada waktu penyayatan, tapi tidak sampai melukainya. Ikan dibalikkan dan
prosedur seperti di atas diulangi. Irisan yang diperoleh tersebut disebut
dengan fillet (Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK), 2008). Fillet ikan terdiri
dari ikan tanpa kepala dan ekor (head and
tail less), fillet yang belum dikuliti (skin
on), fillet yang suddah dikuliti (skin
less) dan breaded fillet (Th. Dwi Suryaningrum, 2008).
2.3 Pengawet Alami (Daun Sirsak)
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam memilih dan menggunakan bahan pengawet yaitu sifat kimia dan antibakteri
dari bahan pengawet tersebut, sifat dan komposisi bahan pangan, jenis dan
jumlah mikroorganisme yang terdapat pada bahan pangan, kepastian bahwa bahan
pengawet tersebut tidak merugikan kualitas produk, ekonomis, dan yang
terpenting adalah keamanannya (Hengky K. Martin, 2010).
Salah satu bahan pengawet alami yang
aman dan secara efektif mampu mengawetkan ikan segar melalui prinsip-prinsip
biologis adalah ekstrak daun sirsak. Dalam pembuatan ekstrak daun sirsak,
pertama daun sirsak dicuci, dilakukan penimbangan daun sirsak dan aquades 1
liter. Diblender, kemudian dilakukan pengisian ke dalam Erlenmeyer dan
penutupan dengan aluminium foil. Dilakukan perebusan dengan penangas air pada
suhu 1000 C selama 1 jam. Lakukan pendinginan dan penyaringan
sehingga membentuk ekstrak daun sirsak . simpan pada suhu dingin.
3.
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan hari Rabu, 10
April 2013 pukul 09.00 WIB di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Perairan
(TPHP). Dilaksanakan oleh Kelas A Smester VI Jurusan Perikanan Fakultas
Pertanian. Didampingi Dosen Pengampu Mata Kuliah Gizi Ikan dan Para Asisten
Laboratorium.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : baskom, pisau, nampan, mangkuk, timbangan digital, talenan, erlenmeyer, gelas ukur dan skorsheet. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu: Ikan lele (Clarias batracus), ekstrak daun sirsak dan aquades.
3.3 Prosedur Kerja
Langkah kerja dalam praktikum ini pertama-tama
membuat ekstrak daun sirsak, dimana daun sirsak dicuci, kemudian dilakukan
penimbangan daun sirsak dan aquades 1 liter dengan menggunakan 4 perlakuan.
Perlakuan 1, perbandingan daun sirsak dan aquades 1:6 (167 gram/1 L aquades),
perlakuan 2, 1:7 (143 gram/1 L aquades), perlakuan 3 1:8 (125 gram/1 L aquades)
dan control. Daun sirsak diblender,
kemudian dilakukan pengisian ke dalam Erlenmeyer dan penutupan dengan aluminium
foil. Selanjutnya dilakukan perenusan dengan penangas air pada suhu 1000
C selama 1 jam. Setelah itu dilakukan pendinginan dan penyaringan, sehingga
membentuk ekstrak daun sirsak . simpan pada suhu dingin.
Setelah dilakukan
pembuatan ekstrak daun sirsak, langkah selanjutnya yaitu pemberian ekstrak daun
sirsak pada fillet ikan lele (Clarias
batracus). Ikan lele dicuci lalu dibuat fillet. Setelah itu ikan ditimbang,
kemudian diberi ekstrak daun sirsak dengan perlakuan yang telah ditentukan.
Lakukan perendaman selama 15 menit. Setelah itu lakukan pengamatan mutu (lendir,
bau, tekstur dan penampakan). Pengamatan mutu organoleptik dilakukan setiap 1
jam sekali sampai ikan tersebut membusuk.
3
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Kemampuan
ekstrak daun sirsak dalam memperpanjang masa simpan ikan pada suhu ruang
dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti (1) Lamanya waktu perendaman dalam
larutan ekstrak daun sirsak, dan (2) Penggunaan konsentrasi ekstrak daun
sirsak.
Penggunaan
ekstrak daun sirsak dengan konsentrasi 1:6 (167 gram/1L aquades) dengan lama
perendaman 45 menit pada fillet ikan lele (Clarias
batracus) akan menghasilkan masa simpan yang lebih lama dibandingkan dengan
control atau pengawetan ikan dengan konsentrasi 1:7 (143 gram/1L aquades) dan
konsentrasi 1:8 (125 gram/1L aquades).
Saran
Praktikum dalam pembuatan pengawet alami dari
ekstrak daun sirsak dalam melakukan pengolahan data kurang akurat, karena
keterbatasan praktikan dalam mengolah data.
DAFTAR
PUSTAKA
Afrianto
E dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengoalahan
Ikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hengky
K. Martin. 2010. Pengawet Alami Ikan yang
Murah dan Efisien Melalui Fermentasi Sealada. Universitas Padjajaran.
Wordpress.com. Diakses pada tangggal 27 April 2013.
Nursinah
Amir. 2004. Peningkatan Daya Tahan dan
Mutu Produk Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger bracysoma) Asin Kering Melalui
Penggunaan Bumbu. Universitas Hasanuddin: 16 hal.
Pola
Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK). 2008. [Skripsi] Fillet Ikan. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM dengan Bank Indonesia
: 66 hal.
Sri
Hastuti. 2010. [jurnal] Analisis
Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid pada Ikan Asin di Madura. AGROINTEK
Vol. 4, No. 2 Agustus 2010. Universitas Trunojoyo.
Suhartini
S. dan N. Hidayat. 2005. Olahan Ikan
Segar. Surabaya : Penerbit Trubus Agrisarana.
Suyanto,
SR. 1991. Budidaya Ikan Lele.
Penebar Swadaya : Jakarta.
Th.
Dwi Suryaningrum. 2008. Ikan Patin :
Peluang Ekspor, Penanganan Pasca Panen dan Diversifikasi Produk Olahannya.
Squalen Vol. 3 No. 1 Juni 2008. Balai Besar Riset Pengolahan Produk
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan: 8 hal.
Website
:
id.wikipedia.org/wiki/Lele.
Diakses pada tanggal 27 April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar