Penuruan kualitas air akan menyebabkan terjadinya
perubahan ekologi di perairan, dan memberikan pengaruh terhadap keanekaragama
organisme yang hidup di dalamnya. Keanekaragaman spesies dapat dijadikan
sebagai indicator kualitas air. Jika dalam suatu komunitas mempunyai
keankeragaman yang rendah maka itu menjadi indikasi bahwa suatu perairan telah
tercemar (Barus, 2007).
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air diatur oleh pemerintah dalam PP No. 82 Tahun 2001 pasal 8 ayat (1).
Pembagian kelas ini didasarkan pada peringkat (gradasi) tingkatan baiknya mutu
air dan kemungkinan kegunaannya.
1.1 Parameter-Parameter Kualitas Air
yang Penting Bagi Perikanan
1.2.1
Parameter
Fisika
Factor fisika air
merupakan faktor pembatas bagi organisme air, yaitu suhu, cahaya,
konduktivitas, dan kecepatan arus (Suin, 2002). Beberapa factor fisika yang
mungkin ikut menentukan kualitas air adalah kekeruhan (tuebiditas), warna,
ketransparanan, suhu, kecepatan aliran dan volume aliran ( Sastrawijaya, 2000).
o
Suhu
Suhu dipengaruhi oleh musim,
lintang, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan, dan
aliran serta kedalaman dari badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Selain itu
dapat mempengaruhi penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2,
N2 dan CH4 (Haslam, 1995).
Suhu dapat mempengaruhi proses
metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau suhu
ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dpat menyebabkan kematian.
Keniakan suhu sebesar 100 C (kisaran temperature yang masih
ditolelir) akan meningkatkan laju metabolism organisme 2-3 kali lipat. Akibat
meningkatnya laju metabolisme akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat,
dengan meningkatnya temperature akan mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air
menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan organimse air akan mengalami kesulitana
dalam proses respirasi (Barus, 2004).
o
Penyerapan Cahaya oleh Air
Adanya
penyerapan cahaya oleh air akan menyebabkan terjadinya lapisan air yang
memiliki suhu berbeda. Menurut Goldman dan home (1989) lapisan air dibagi tiga
yaitu epilimnion, merupakan lapisan hangat dengan kerapatan jenis air kurang.
Hipolimnion yaitu lapisan yang lebih dingin dengan kerapatan jenis air kurang,
dan metalimnion yaitu lapisan yang berada antara lapisan epilimnion dan
hipolimnion. Pada daerah metalimnion terdapat lapisan termoklin, yaitu lapisan
dimana suhu akan turun sekurang-kurangnya 10 C dalam setiap 1 meter.
1.2.2
Parameter
Kimia
o
Derajat Keasaman (pH)
pH
merupakan gambarana jumlah aktivitas ion hydrogen dalam perairan (Efendi,
2003). Organismem akuatik dapat hidup dalam suatu perairan dengan pH netral
yang mempunyai kisaran toleransi antara asam lemah dan basa lemah. pH ideal
berkisar antara 7-8.5. kondisi perairan yang sangat asam maupun sangat basa
akan membahayakan kelangsungan hidup organisme, karena menyebabkan mobilitas
berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik (Barus, 1997).
o
DO (Disolve
Oxygen)
Oksigen
terlarut adalah gas oksigen yang terlarut dalam air. Sumber oksigen terlarut
dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau
aliran air melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan
fitoplankton (Novonty, 1994). Ketersediaan DO di dalam perairan akan
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut
minimum 2 mg/l sudah cukup mendukung kehidupan organisme periaran secara normal
(Wardana, 1995). Factor pembatas kepekatan oksigen terlarut bergantung pada
suhu, tanaman fotosintesis, tingkat penetrasi cahaya, tingkat kederasan aliran
air, dan jumlah bahan organic yang diuraikan dalam air (Sastrawijaya, 2000).
o
BOD (Biochemical
Oxygen Demand)
BOD
ialah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh organisme yang terdapat di
dalamnya untuk bernafas selama lima hari. Status kualitas air berdasarkan nilai
BOD yaitu nilai BOD < 2.5 ppm, status kualitas airnya tidak tercemar,
3.0-5.0 ppm tercemar ringan, 5.1-14.9 ppm tercemar sedang dan > 15 ppm
tercemar berat (Lee et al., 1978).
o
COD (Chemical
Oxygen Demand)
Merupakan jumlah total oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasai bahan organic secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi menjadi Co2
dan H2O
o
Senyaw-senyawa Nitrogen
Nitrogen di perairan terdapat dalam
bentuk gas N2, NO2-, NO3-,
NH3 dan NH4+ serta sejumlah N yang berikatan
dalam bentuk organic kompleks. Status kualitas air berdasarkan kandung nitrat yaitu
: kadar nitrat 1> 0.003 mg/l tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan,
0.003-0.014 mg/l tercemar sedang dan 0.014 > tercemar berat (Silalahi,
Juliana, 2010).
1.2.3
Parameter
Biologi
o
Plankton
Merupakan jasad renik
yang melayang di dalam perairan, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan
selalu mengikuti arus. Plankton dibagi menjadi fitoplankton dan zooplankton.
Zooplankton umumnya bersifat fototaksis negative sehingga dapat hidup di
lapisan periaran yang tidak terjangkau sinar matahari. Sedangkan fitoplankton
mempunyai klorofil yang dapat membuat makanan sendiri dengan mengubah bahan
anorganik menjadi bahan organic melalui proses fotosintesis. Fitoplankton hidup
pada lapisan perairan yang masih terdapat sinar matahari sampai pada suatu
lapisan yang disebut garis kompensasi.
o
Alga
Merupakan organisme
autotrof yang tidak memiliki akar, batang, dan daun. Terdiri dari alga hijau (Chlorophyta), alga merah (Rhodophyceae), alga coklat (Phaeophyceae), alga pirang (Xhantophyceae), alga keemasan (Chrysophyceae) dan alga biru hijau (Cyanobacteria).
o
Tanaman Air
Berdasrkan cara
hidupnya di dalam ekosistem, tanaman air dikelompokkan ke dalam tiga jenis
yaitu mengapung, melayang dan timbul. Pengaruh negative tanaman air yaitu mengakibatkan
penguapan air yang lebih besar karena dengan adanya tanaman air maka
seolah-olah luas permukaan air akan menjadi lebih besar. Penguapan air semakin
lebih besar terjadi jika pada perairan tersebut banyak tumbuh tanaman berdaun
lebar, menyebabkan terjadinya pendangkalan perairan sebagai akibat dari tanaman
air yang mati dan tenggelam ke dasar yang mengakibatkan peningkatan dasar
periaran. Jika tamnaman air yang mait relative banyak, maka akan terjadi
pembongkaran tanaman tersebut oleh bakteri yang mengakibatkan penurunan O2
terlarut. Hasil perombakan adalah munculnya gas CO2 yang
bersifat racun bagi organisem dan akan menurunkan pH air. Jika tanaman semakin
tinggi maka respirasi tanaman pada malam hari di dalam air menyebabkan
defisiensi O2.
o
Bentos
Merupakan organisme yang
hidup baik di lapisan atas dasar periaran (epifauna) maupun di dalam dasar
perairan (infauna) dan dapat menjadi pakan alami bagi ikan atau sebaliknya
apabila dalam jumlah banyak menjadi penyaing atau predator bagi ikan.
1.2 Dampak Amonia Bagi Perikanan
Ammonia merupakan hasil akhir metabolisme protein,
akan tetapi ammonia dalam bentuk yang tidak terionisasi (NH3)
merupakan racun bgi ikan sekalipun pada konsentrasi yang sangat rendah
(Zonneveld, et al., 1991). Ammonia mempunyai efek yang sangat serius terhadap
kemampuan ikan dalam mengambil oksigen. Kandungan NH3 dalam air yang
tinggi secara langsung dapat membunuh organisme perairan dengan mempengaruhi
sitolema, mengurangi konsentrasi ion dalam tubuh, konsumsi oksigen oleh jaringan
meningkat, merusak jaringan insang dan mengurangi kemampuan darah untuk
mengangkut oksigen. Pada konsentrasi sub-lethal
dapat mengakibatkan perubahan histologis pada ginjal, limfa, kelenjar tiroid
dan darah yang menyebabkan pertumbuhan menurun dan mudah terserang penyakit
(Colt dan Amstrong dalam Boyd 1982).